
Pulau Gag di Raja Ampat tengah menjadi sorotan publik setelah aksi protes terhadap aktivitas tambang nikel yang dilakukan oleh PT Gag Nikel, anak usaha PT ANTAM. Meski membawa janji pertumbuhan ekonomi, aktivitas pertambangan di pulau kecil ini menyisakan sejumlah persoalan yang berisiko menggerus perekonomian daerah secara jangka panjang.
Pariwisata Terganggu, Pendapatan Daerah Terancam
Raja Ampat bukan sekadar gugusan pulau, melainkan magnet utama wisata bahari Indonesia. Terumbu karang, biota laut, dan kejernihan air menjadi daya tarik wisatawan dunia. Namun, aktivitas penambangan di Pulau Gag dikhawatirkan mengganggu keseimbangan ekosistem. Aktivitas ini tidak hanya mengancam kehidupan biota laut, tetapi juga satwa khas Papua yang hidup di kawasan tersebut. Salah satunya adalah cenderawasih botak (Cicinnurus respublica), atau Wilson’s bird of paradise, yang merupakan spesies endemik dan hanya ditemukan di wilayah Raja Ampat.
Sedimentasi akibat pembukaan lahan dan limbah tambang berpotensi mencemari laut. Bila kualitas lingkungan menurun, jumlah wisatawan pun terancam merosot. Ini berarti kehilangan potensi pemasukan yang bernilai miliaran rupiah per tahun dari sektor pariwisata.
Risiko Jangka Panjang
Tambang nikel bisa memberi pemasukan langsung dalam bentuk pajak, royalti, dan lapangan kerja. Namun, secara historical data tercatat bahwa harga nikel dunia mengalami trend penurunan dari tahun 2022 diharga 48425.7 hingga kini di tahun 2025 menjadi 15110 (-170% dari harga tertingginya) dan ini disebabkan dari banyaknya produksi dibandingkan dengan permintaan pasar.
Tetapi kerusakan lingkungan yang dihasilkan memiliki biaya pemulihan yang tidak murah dan bisa menggerus pendapatan negara. Bahkan lebih dari itu, potensi ekonomi jangka panjang dari aset yang ada seperti Hutan mangrove, biota laut, Keasrian alam dan lainnya bisa lenyap.
Alih-alih untung, negara bisa buntung. Ini adalah contoh nyata dari apa yang disebut sebagai opportunity cost biaya peluang yang hilang karena memilih satu opsi ekonomi dibanding opsi lainnya yang lebih berkelanjutan.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, menilai bahwa kegiatan penambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, dapat menyebabkan kerugian kerusakan alam yang secara nilai ekonomi kemungkinan lebih besar dibandingkan dengan kasus dugaan korupsi tata niaga timah di wilayah izin usaha pertambangan PT Timah Tbk tahun 2015-2022.
Reputasi Investasi Bisa Tergores
Kontroversi yang menyelimuti PT Gag Nikel juga membawa dampak bagi iklim investasi di Indonesia. Ketika lingkungan menjadi korban, investor global yang mengedepankan prinsip keberlanjutan bisa menarik diri.
Faktanya, harga saham PT ANTAM sempat mengalami tekanan karena sentimen negatif dari pasar terkait masalah ini. Tercatat pada tanggal 10 juni 2025 harga saham ANTM mengalami penurunan dari 3420 sampai 3130 di tanggaal 12 juni 2025, yang mencerminkan penurunan sebesar 8,48%.

Jika kegiatan pertambangan terus berlangsung di Raja Ampat yang merupakan salah satu sumber keindahan alam terkenal di seluruh dunia hal ini dapat menimbulkan sentimen negatif terhadap citra Indonesia, khususnya terhadap pemerintah .Hal ini juga berpotensi mengurangi daya tarik wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Selain itu, para investor yang sebelumnya memandang Indonesia sebagai negara dengan potensi besar untuk penanaman modal, bisa saja mengurungkan niatnya karena kekhawatiran terhadap keberlanjutan lingkungan dan ketidakpastian kebijakan Karena kepercayaan adalah mata uang utama dalam dunia investasi, dan isu lingkungan bisa mengikisnya dengan cepat.
Masyarakat Lokal Tidak Sepenuhnya Diuntungkan
Salah satu klaim perusahaan adalah manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Namun di sisi lain, warga suku Matbat dan Maya yang tinggal di sekitar Pulau Gag mengeluhkan dampak tambang terhadap mata pencaharian mereka.
Sebagai komunitas yang bergantung pada alam, turunnya kualitas laut dan hutan berdampak langsung pada hasil tangkapan nelayan dan panen hasil bumi. Jika ekosistem rusak, warga tidak hanya kehilangan tanah, tapi juga penghidupan.
Ketua AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara ) Sorong Malamoi sudah menganalisis data statistik pendapatan daerah dari tambang nikel yang dinilai sangat kecil, dibandingkan pendapatan dari sektor pariwisata. Katanya, rata-rata pendapatan dari nikel hanya Rp50 miliar per tahun, sementara pariwisata menyumbang lebih dari Rp150 miliar lebih per tahun. Sektor pariwisata juga dapat memberikan keuntungan langsung bagi masyarakat setempat. Contohnya, banyak homestay yang dikelola oleh warga sekitar. Ketika jumlah wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat meningkat, mereka cenderung menginap di homestay tersebut. Selain itu, warga juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari usaha lainnya seperti membuka restoran atau layanan pendukung pariwisata lainnya.
Raja Ampat bukan hanya tujuan wisata dunia, tetapi juga laboratorium ekosistem laut yang vital. Kawasan ini mencakup 4,6 juta hektare daratan dan laut, dengan lebih dari 2 juta hektare di antaranya merupakan kawasan konservasi perairan.
Wilayah ini menjadi rumah bagi lebih dari 1.600 spesies ikan, 75% spesies karang dunia, enam dari tujuh spesies penyu yang terancam punah, serta 17 spesies mamalia laut. Karena kekayaan hayatinya yang luar biasa dan perannya bagi kehidupan masyarakat lokal Lebih dari sekadar kekayaan ekologis, ekosistem laut di Raja Ampat juga memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan dan penghidupan masyarakat lokal. Oleh karena itu, Raja Ampat seharusnya menjadi prioritas global dalam upaya pelestarian lingkungan. Otoritas setempat menerapkan pengelolaan berbasis prinsip keberlanjutan, dengan fokus pada perlindungan lingkungan, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan berkelanjutan.
Sumber Referensi:
- https://www.tempo.co/ekonomi/ekowisata-tambang-nikel-di-raja-ampat-1674193
- https://binus.ac.id/character-building/2025/03/dampak-penambangan-nikel-terhadap-ekosistem-laut-raja-ampat-ancaman-bagi-keanekaragaman-hayati-dan-masyarakat-lokal/
- https://www.tempo.co/ekonomi/ekowisata-tambang-nikel-di-raja-ampat-1674193
- https://www.cnnindonesia.com/nasional/20250611191556-12-1238743/ahli-ugm-kerugian-tambang-raja-ampat-lampaui-kasus-pt-timah-rp271-t
- https://industri.kontan.co.id/news/ekonom-soroti-dampak-negatif-penambangan-nikel-di-raja-ampat-papua
- https://mongabay.co.id/2025/06/08/tambang-nikel-raja-ampat-kerusakan-tak-bakal-pulih/
- https://stockbit.com/symbol/ANTM/chartbit
- Tambang Nikel Raja Ampat, Kerusakan Tak Bakal Pulih
- https://tradingeconomics.com/commodity/nickel
- https://kkprajaampat.com/terumbu-karang/
Penulis: Garin Ananda Syahid & Salwa Ardelia Maharani

Tinggalkan komentar