Inflasi Pangan dan Kebutuhan Pokok Masyarakat: Siapa yang diuntungkan?

Inflasi pangan adalah kenaikan harga secara umum dan terus-menerus pada barang-barang kebutuhan pokok yang berkaitan dengan makanan, seperti beras, minyak goreng, telur, daging, sayur, dan bahan makanan lainnya. Kenaikan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti gagal panen, biaya distribusi yang naik, kelangkaan stok, atau naiknya permintaan yang berdampak pada daya beli masyarakat karena makanan merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari.

Seberapa Besar Inflasi Pangan di Indonesia?

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Trading Economics biaya makanan di Indonesia meningkat 1,99 persen pada bulan Juni 2025 dibandingkan dengan bulan yang sama (Juni) pada tahun sebelumnya, melonjak dari kenaikan 1,03 persen pada bulan Mei. Food inflation di Indonesia memiliki rata-rata sebesar 10,68% dari tahun 1997 hingga 2025, mencapai level tertinggi sepanjang masa yaitu sebesar 138,12% pada September 1998, dan berada di level terendah sebesar -11,16% pada Maret 2000. Pada Mei 2025, inflasi umum tahunan mencapai 1,60% (YoY) dan pada bulan Juni 2025 inflasi umum tahunan naik hingga mencapai 1,87% (YoY), Kenaikan ini terutama dipicu oleh ketidak pastian cuaca,kemarau berkepanjangan, dan krisis lingkungan. Lonjakan permintaan barang konsumsi berkenaan dengan momen perayaan Idul Adha, Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, dan pada saat libur kenaikan kelas; serta low-base effect dari periode yang sama tahun lalu. Secara bulanan (mtm), inflasi umum tercatat 0,19%, dibandingkan dengan sebelumnya deflasi 0,37% pada Mei 2025. Jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (-0,08% pada Juni 2024), menurut model makro global Trading Economics dan ekspektasi analis Inflasi Pangan di Indonesia diperkirakan akan mencapai 1,80 persen pada akhir kuartal ini. Menurut Perwakilan Perdagangan AS, defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia mencapai USD 17,9 miliar pada tahun 2024. Indikator Ekonomi Indonesia termasuk nilai aktual, grafik data historis, kalender ekonomi, statistik time-series, berita bisnis, ramalan jangka panjang, dan prediksi jangka pendek untuk ekonomi Indonesia.

Mengapa Inflasi Pangan di Indonesia Sangat Berdampak Besar Bagi Masyarakat?

Kenaikan harga bahan pokok berdampak pada daya beli masyarakat, apalagi jika tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan. Pengamat pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian menilai kenaikan harga bahan pangan yang tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan membuat daya beli masyarakat semakin tergerus terutama kalangan menengah dan bawah. “Proporsi pengeluaran untuk membeli bahan makanan  terhadap total pengeluaran sebesar 58% untuk kelas menengah dan 65% untuk kelas bawah. Kenaikan ini dinilai sangat mempengaruhi pola konsumsi mereka.” Menurut Eliza pengamat pangan Center of Reform on Economic (CORE) kepada Kontan.co.id, Inflasi pangan menyebabkan harga kebutuhan pokok masyarakat meningkat, sehingga daya beli terutama pada kelompok berpendapatan rendah menurun. Mengubah pola konsumsi dengan memilih makanan yang lebih murah dan kurang bergizi. Hal ini meningkatkan risiko kemiskinan, memperluas kesenjangan sosial, dan membebani pekerja berpenghasilan tetap karena pengeluaran tidak sebanding dengan pendapatan. Jika terus berlanjut, inflasi pangan juga dapat memicu ketidakstabilan sosial dan tekanan ekonomi yang lebih luas. Food and Agriculture Organization (FAO) memperingatkan bahwa inflasi pangan yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko ketidakstabilan sosial dan memperburuk tingkat kemiskinan dan kelaparan.

Apa yang harus dilakukan?

Masyarakat bisa beradaptasi dengan mengelola konsumsi lebih bijak, memilih produk lokal, atau mulai menanam kebutuhan dapur secara mandiri (urban farming). Kolaborasi lintas sektor, mulai dari pemerintah, swasta, hingga komunitas, penting untuk menjaga ketahanan pangan dan mencegah tekanan sosial yang lebih besar.Untuk mengatasi tantangan ini, maka perlu adanya kolaborasi antara pemerintah. Sektor swasta, dan organisasi internasional. Pengembangan strategi jangka panjang yang mencakup diversifikasi sumber pangan, peningkatan efisiensi rantai pasok, dan adopsi teknologi pertanian yang inovatif perlu dilakukan. Program ketahanan pangan yang melibatkan pemberdayaan petani lokal dan penguatan kapasitas produksi dalam negeri juga harus diperkuat. 

Bagaimana Cara Perusahaan Pangan Merespon Kenaikan Harga?

Pada 2024, ICBP mengalami tekanan akibat lonjakan biaya bahan baku seperti gandum dan minyak sawit, yang menyebabkan laba bersih semester I turun 38,2% YoY menjadi Rp3,53 triliun, meski pendapatan naik 7,2% menjadi Rp36,96 triliun (Katadata.co.id). Namun, di akhir 2024, ICBP mencatat laba tahunan Rp7,08 triliun seiring meredanya tekanan biaya. Memasuki 2025, kembali mencatatkan kinerja yang positif; pada Kuartal I, penjualan bersih naik menjadi Rp20,19 triliun dan laba bersih tumbuh 13% menjadi Rp2,66 triliun, didorong oleh stabilnya biaya input dan membaiknya margin operasi. Seorang analisis investasi, Abyan Yuntoharjo, mencatat bahwa ICBP menaikkan harga mie instan di tengah melemahnya daya beli, jadi meskipun volume (konsumsi) tertekan, tetapi ICBP tetap dapat memperoleh margin yang lebih tinggi karena biaya bahan baku mulai stabil. Emiten lain yang juga terdampak inflasi pangan adalah Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) dan Mayora Indah (MYOR). Pada kuartal I/2025, JPFA mencatat penjualan bersih Rp14,33 triliun dan laba bersih Rp680,4 miliar (naik 2,3% YoY). Kinerja ini didorong oleh efisiensi produksi dan turunnya biaya bahan baku pakan seperti tepung terigu, jagung dan kedelai untuk bahan pakan hewan peternak. Sementara itu, MYOR mencatat penjualan Rp9,85 triliun (naik 12,5%), namun laba bersih turun 38% YoY menjadi Rp689,4 miliar akibat tekanan margin dari kenaikan harga bahan baku seperti gula, kopi, dan cokelat. MYOR merespons dengan menaikkan harga jual dan fokus pada efisiensi distribusi.

Sumber Referensi:

  1. https://wantimpres.go.id/id/newsflows/inflasi-pangan-naik-berimbas-ke-daya-beli-masyarakat/ 
  2. https://badanpangan.go.id/blog/post/begini-langkah-badan-pangan-nasional-kendalikan-inflasi-pangan-jelang-hbkn 
  3. https://lpem.org/inflasi-bulanan-juli-2025-seri-analisis-makroekonomi/ 
  4. https://id.tradingeconomics.com/indonesia/food-inflation
  5. https://investasi.kontan.co.id/news/prospek-cerah-sektor-poultry-di-semester-ii-2025-ini-rekomendasi-sahamnya#:~:text=Pada%20kuartal%20I,laba%20bersih%20tetap%20di%204%2C7 
  6. https://industri.kontan.co.id/news/rupiah-melemah-mayora-indah-myor-justru-menuai-cuan-dari-pasar ekspor#:~:text=Salah%20seorang%20perwakilan%20dari%20MYOR,penjualan

Penulis: Nasywaa Dhiyaa Namira

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai